Wednesday, September 13

Anak Kecil dan Kopi

Seorang anak kecil berumur 4 tahun berbagi boncengan dengan ibundanya di atas sepeda pancal yang dikayuh oleh sang ayah. Keluarga kecil tersebut akan bertamu ke kediaman seorang teman sang ayah tak jauh dari rumah mereka.

Sesampainya di kediaman teman ayah yang dituju, tampak tuan rumah sedang menyapu halaman rumahnya. Halaman yang hijau, teduh, dan menyenangkan.

Menyadari ada tamu yang datang berkunjung, tuan rumah tersebut segera meletakkan sapu lidi yang sedari tadi digunakannya menyapu lalu mempersilahkan tamunya duduk di kursi teras rumah.

Tuan rumah tampak menghilang ke dalam rumahnya.

"Mungkin menyiapkan minuman." Pikir si anak kecil. Sesuatu yang selalu dinantikannya ketika ikut ayah dan ibundanya bertamu.

Tak lama berselang, tuan rumah keluar dengan membawa minuman sebagai suguhan. Secangkir kopi untuk ayah, secangkir kopi untuk ibunda, dan secangkir teh untuk si anak kecil. Anak kecil tersebut tersenyum gembira karena apa yang dipikirkannya benar.

Anak kecil tersebut tahu kalau dia tidak benar-benar haus dan tidak ada yang membuatnya terburu-buru untuk minum. Tetapi instingnya berkata lain.

"Hei, Anak Kecil, minumlah teh di cangkirmu itu. Habiskanlah!" Maka dilakukanlah bisikan instingnya tersebut dan habislah secangkir teh untuknya itu.

Tuan rumah tercengang dan tertawa terbahak-bahak, sementara kedua orang tua anak kecil tersebut hanya tersenyum saja. Mungkin ada sedikit malu di hati mereka.

Anak kecil tersebut juga tahu bahwa kopi bukanlah minuman yang disukainya. Pengalamannya dengan minuman yang orang-orang sebut kopi itu sungguh tidak mengenakkan. Tetapi instingnya berkata lain.

"Hei, Anak Kecil, minumlah kopi di cangkir ayah dan bundamu itu. Habiskanlah! Habiskanlah!" Kembali bisikan insting itu diturutinya dan kosonglah dua cangkir kopi untuk ayah dan bundanya itu.

Tuan rumah kembali tercengang dan kembali tertawa terbahak-bahak.

"Nak, kamu haus, Ya?" Tanya tuan rumah dengan bercanda. Si anak kecil hanya menggelengkan kepalanya. Tidak.

Mungkin rasa malu di hati kedua orang tuanya bertambah besar. Si anak kecil tidak peduli dengan itu. Apa itu malu?

Waktupun berlalu dan tiba waktunya keluarga kecil tersebut untuk pulang. Si anak kecil merasa kepalanya berat dan diapun tertidur di pelukan ibundanya di boncengan sepeda dalam perjalanan pulang.


~ budi, the untold stories, diceritakan kembali oleh ibu si anak kecil 20 tahun kemudian. Ibunda anak kecil yang adalah ibuku.

Monday, September 11

Ketakjubanku

:mahadewi

ketakjubanku padamu
tenggelamkan semua logika
ke dasar lautan imaji logika-logika
enyahkan alasan empirik
ke dasar tong sampah alasan-alasan

kurasa ini hanya resonansi dua hati
satu getar yang tak kumengerti
dan semua bermuara pada mimpi
mengingat kau yang tak mungkin kumiliki
sangat tidak mungkin lagi kumiliki


~ budi